Home » » 10 KATA BIJAK SEMAR YANG TETAP RELEVAN SAMPAI KAPANPUN

10 KATA BIJAK SEMAR YANG TETAP RELEVAN SAMPAI KAPANPUN

contoh iklan

10 KATA BIJAK SEMAR YANG TETAP RELEVAN SAMPAI KAPANPUN - Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sanskerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.
10 KATA BIJAK SEMAR YANG TETAP RELEVAN SAMPAI KAPANPUN
Semar
Secara fisik, Semar memiliki bentuk yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.

Sedangkan secara filosofis, Semar menggambarkan dualisme yang ada di dalam kehidupan di dunia yang menyatu dalam dirinya.
  • Semar selalu tersenyum, tetapi bermata sembab menggambarkan bahwa di dalam kehidupan ada suka dan duka, senang dan sedih serta bahagia dan nestapa yang datang silih berganti mengisi kehidupan manusia.
  • Wajahnya tua tetapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, menggambarkan bahwa kehidupan di dunia berisi manusia dari usia muda sampai tua.
  • Ia berkelamin laki-laki, tetapi memiliki payudara seperti perempuan, menggambarkan jenis kelamin pria dan wanita.
  • Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, menggambarkan kedudukan atasan dan bawahan.
  • Semar berdiri tapi terlihat seperti jongkok yang menyimbolkan kedudukan penguasa dan rakyat jelata.
  • Semar selalu menyembunyikan tangan kanannya dibalik badannya yang berarti menyembunyikan kebaikan dan kelebihan yang dimilikinya
Sebagai Pamong atau pengasuh, Semar sangat setia kepada tuannya yaitu para ksatria. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan.

Kalimat yang selalu diucapkan Semar dalam mengawali setiap dialog dalam pementasan wayang kulit adalah sebagai berikut : “mbergegeg, ugeg-ugeg, hmel-hmel, sak dulito, langgeng…

Yang maksudnya daripada diam (mbergegeg) lebih baik berusaha untuk lepas (ugeg-ugeg) dan mencari makan (hmel-hmel) walaupun hasilnya sedikit (sak dulito) tapi akan terasa abadi (langgeng). Sebuah pesan agar kita selalu bekerja keras untuk mencari nafkah walaupun hasilnya hanya cukup untuk makan namun kepuasan yg didapat karena berusaha tersebut akan abadi.

Tidak hanya itu, dalam setiap akhir pementasan wayang kulit, Semar selalu memberikan nasehat kepada anak asuhannya (momongan) tentang hikmah dalam setiap peristiwa atau lakon yang dipentaskan.  Dalam nasehatnya terselip kata-kata bijak yang bersifat universal dan kata bijak Semar tersebut masih relevan sampai kapanpun.

Berikut ini adalah kata-kata bijak yang sering disampaikan Semar dalam nasehat-nasehat yang diberikan kepada para ksatria.

1. Urip iku Urup

Urip artinya hidup, urup artinya nyala atau cahaya sehingga ‘urip iku urup” artinya hidup atau kehidupan adalah nyala atau cahaya yang menerangi dalam kegelapan. Hidup manusia itu hendaklah selalu memberikan mamfaat bagi orang lain atau manusia disekitar kita. Atau ‘sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama.”

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta Dur Angkara

Memayu Hayuning Bawana artinya menjaga, melindungi dan memelihara kehidupan di alam semesta. Pesan Sunan Kalijaga, sebagai pujangga yang menciptakan tokoh Semar, dalam kalimat ini adalah setiap manusia adalah khalifah di muka bumi yang wajib meniru Nabi Muhamad sebagai ‘Rahmatan lil alamin” sesuai dengan porsinya.

Ambrasta Dur Angkara artinya mencegah atau membasmi atau menghentikan tindakan jahat baik di dalam diri sendiri maupun yang terjadi dalam masyarakat atau kehidupan kita.

3. Sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti

Artinya semua kejahatan di dunia ini pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan atau kebenaran. Satu pesan yang memberi keyakinan bahawa semua sifat picik, keras hati dan angkara murka, padaakhirnya akan dikalahkan dengan sikap yang bijaksana, lembut hati dan sabar.

4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha

Kalimat yang pernah dipopulerkan oleh Umar Khayam dalam salah satu bukunya serta menjadi panutan bagi masyarakat Jawa yang cinta damai. Artinya, Berjuanglah tanpa membawa massa, menanglah tanpa harus merendahkan dan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan, dan keturunan, kaya tanpa harus didasari hal-hal yang bersifat materi

5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan

Artinya jangan sakit hati saat menerima musibah dan jangan bersedih jika kehilangan sesuatu. Merupakan salah satu sikap hidup yang dianut oleh masyarakat Jawa yaitu “nrimo” atau menerima segala cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia.

6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetn, aja aleman

Artinya, jangan mudah takjub, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut dengan suatu hal, jangan manja dalam menjalani kehidupan di dunia. Karena semuanya dalam kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman

Artinya, jangan merasa bangga yang berlebihan terhadap kedudukan atau jabatan tinggi, materi atau kekayaan, dan kepuasan yang bersifat duniawi karena semua itu hanya sementara dan merupakan titipan Tuhan yang suatu saat akan diambilnya kembali.

8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka

Artinya, jadi manusia jangan pernah merasa paling pintar agar tidak kehilangan arah atau ‘keblinger’ lalu menganggap orang lain bodoh. Jangan suka berbuat ingkar atau curang agar tidak celaka.

9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho

Artinya, jadi manusia jangan mudah terpesona dengan hal-hal yang bersifat mewah, cantik dan indah. Jangan pernah ragu dalam suatu hal, agar tetap selalu semangat.

10. Aja adigang, adigung, adiguna

Artinya, jadi manusia jangan bersikap arogan atau mentang-mentang atau suka pamer kekuasaan, kekayaan, dan kemampuan karena suatu saat kita akan jatuh oleh perbuatan kita sendiri. Peribahasa mengatakan “di atas langit masih ada langit.”

Demikian penjelasan tentang 10 KATA BIJAK SEMAR YANG TETAP RELEVAN SAMPAI KAPANPUN, kata-kata bijak yang sering diucapkan tokoh Semar pada setiap pertunjukan wayang kulit. Masih banyak kata-kata bijak lainnya yang belum sempat atau tidak diketahui oleh penulis sehingga jika pembaca mengetahui dan ingin menambahkan silahkan tambahkan pada komentar dibawah ini.

Sumber : Nani Permana

contoh iklan

0 komentar:

Posting Komentar