Home » » 3 Penutup Kepala, Filosofi dan Maknanya

3 Penutup Kepala, Filosofi dan Maknanya

contoh iklan

Indonesia memiliki keragaman budaya karena  terdiri dari bermacam-macam suku bangsa , agama dan budaya. Masing-masing daerah juga memiliki pakaian adat daerah yang  beraneka macam, jika ada kesamaan antara satu daerah dengan daerah lainnya, terdapat ciri khusus, warna atau tanda lain yang membuatnya berbeda.

Demikian juga dengan penutup kepala yang sering mereka kenakan, secara umum ada tiga macam alat penutup kepala yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia baik dalam acara resmi maupun dalam kehidupan sehari-hari yaitu songkok, blangkon dan ikat kepala.

Mereka yang mengenakan penutup kepala dari daerah asalnya, biasanya adalah orang-orang yang sudah berusia matang, karena anak-anak muda sekarang akan lebih memilih topi yang lebih bergaya dan lebih bervariasi bentuknya.

Bagi mereka yang mengenakan penutup kepala ciri khas daerah asalnya, biasanya memiliki berbagai macam alasan antara lain :

1.    Menutupi kekurangan, luka dan cacat di bagian kepala

Seiring dengan bertambahnya usia maka akan berkurang kesempurnaan fisik manusia  seperti kerontokan rambut yang mengakibatkan kebotakan, berkerutnya kulit  dan kemunduran fisik lainnya.

Bagi orang yang rambutnya botak, memiliki luka atau cacat di bagian kepala biasanya akan menggunakan topi atau penutup kepala lainnya untuk menutupi kekurangannya.  Jika mengenakan topi layaknya yang digunakan anak muda sepertinya kurang pantas sehingga mereka memilih untuk menggunakan penutup kepala dari daerahnya masing-masing sehingga terlihat lebih wajar.

2.    Rasa cinta budaya daerah asalnya

Alasan lain bagi mereka yang suka mengenakan penutup kepala dari daerah asalnya adalah besarnya rasa cinta dan bangga terhadap asal-usul atau daerah asalnya. Orang-orang ini memiliki rasa primordial atau kesukuan yang tinggi dengan menunjukkan atribut kedaerahan dengan mengenakannya dalam berbagai kesempatan

3.    Berusaha memahami filosofinya

Disamping kedua alasan di atas, alasan lain dengan mengenakan penutup kepala adalah untuk menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap filosofi kehidupan atau tingkatan spiritual mereka. Dengan kata lain, mereka sedang berusaha memahami dan menerapkan makna atau filosofi yang terkandung dalam penutup kepala yang mereka kenakan.

Bagi mereka, masing-masing alat penutup kepala tersebut  mempunyai makna  atau filosofi tentang kehidupan.  Berikut ini adalah penjelasan tentang makna dan filosofi yang terkandung dalam alat penutup kepala tersebut.

1.    Songkok

Songkok atau peciyang umumnya berwarna hitam adalah penutup kepala yang bersifat nasional dan lebih mencerminkan jati diri atau mewakili bangsa Indonesia, terbukti setiap kepala Negara Indonesia mulai dari presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo selalu mengenakan songkok di setiap acara kenegaraan.

gambar songkok hitam

Sehingga banyak orang tidak memandang suku, agama dan daerah asalnya yang turut mengenakan songkok sebagai penutup kepalanya. Ada dua macam songkok berdasarkan ukurannya yaitu songkok tinggi dan songkok pendek sedangkan dalam pemakaiannya ada yang mengenakan miring atau lurus.

Di beberapa daerah diluar Jawa, songkok tidak berwarna hitam tapi dibuat sesuai dengan ciri khas daerahnya masing-masing,  sehingga ada songkok berwarna kuning, merah dan hijau yang ditambah dengan hiasan.

Namun bagi sebagian orang, songkok bukan hanya sekedar penutup kepala saja tapi juga mempunyai makna yang dalam, karena songkok berasal dari kata ‘song’ atau kosong dan ‘kok’ atau saja. Jika digabungkan menjadi ‘kosong kok’ yang maknanya diambil dari kalimat ‘kosong itu isi, isi itu kosong’  yang artinya ketika hati kita kosong dari hawa nafsu maka hati akan berisi sifat-sifat ketuhanan dan sebaliknya.

Dengan hati yang kosong dari hawa nafsu atau kepentingan-kepentingan pribadi maka manusia dapat melaksanakan perintah Tuhan sebagai kalifah di muka bumi sesuai dengan kemampuannya.

Sehingga mereka yang mengenakan songkok diharapkan mengerti ,memahami dan menerapkan makna filosofi yang terkandung di dalamnya apalagi jika mereka yang mengenakannya adalah pejabat pemerintah atau bahkan pemimpin Negara.

2.    Blangkon

Blangkon adalah penutup kepala yang biasa digunakan oleh masyarakat di daerah Jawa khususnya yang berasal dari Jawa Tengah. Apakah blangkon hanya penutup kepala yang digunakan hanya sebagai hiasan belaka?

gambar blangkon

Ternyata bagi sebagian orang, blangkon memiliki filosofi yang dalam. Menurut mereka, blangkon berasal dari kata ‘blang’ atau ‘gamblange’  dan ‘kon’ atau ‘lelakon’, jika digabungkan menjadi ‘gamblange lelakon’ yang artinya ‘kejelasan dari setiap kejadian di dunia’.

Menurut filosofi Jawa tentang konsep ‘manunggaling kawulo-gusti’, manusia (kawulo) adalah wayang yang menjalankan peran (lakon) di dunia ini berdasarkan skenario yang ditetapkan oleh sang sutradara agung  yaitu Tuhan (Gusti).

Dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya lalu menerapkan dalam kehidupan maka seseorang yang mengenakan blangkon akan menjadi sosok yang baik atau berusaha menjadi orang yang baik dalam kehidupannya.

3.    Ikat Kepala

Di Indonesia ada beberapa jenis ikat kepala yang berbeda sesuai dengan suku atau daerahnya yang dapat terlihat dari bentuk ikat kepalanya.

Biasanya bentuk ikat kepala ini menunjukkan status sosial seseorang di tengah masyarakat. Selain itu, motif, corak, atau warna ikat kepala di tiap daerah pun berbeda.

Iket atau biasa juga dikenal dengan nama totopong merupakan salah satu atribut khas dari Sunda. Arti Iket dalam budaya Sunda adalah agar si pemakai tidak lupa atau keluar dari nilai-nilai leluhur Sunda. Dengan kata lain, Iket merupakan tanda bahwa si pemakai memiliki pikiran yang teguh dan tidak gampang goyah.

Udeng merupakan ikat kepala tradisional masyarakat Bali yang biasa dipakai oleh berbagai kalangan, dari anak-anak sampai sesepuh. Udeng terbuat dari kain dengan ukuran panjang kurang lebih sekitar setengah meter, dengan bentuk asimetris bilateral dengan sisi sebelah kanan lebih tinggi dari sisi kirinya.

gambar udeng bali

Secara filosofis, makna dari bentuk asimetris ini adalah semua orang harus berbuat kebajikan. Udeng digunakan sehari-hari dan dalam aktivitas keagamaan. Corak udeng pun beragam, dari warna polos, bercorak, metalik, batik, dan berbagai corak modern. Tapi untuk upacara keagamaan para pria Bali wajib menggunakan Udeng dengan warna putih polos yang melambangkan kesucian.

Demikian ulasan tentang 3 penutup kepala yang mengandung filosofi kehidupan dan jarang diketahui orang.

contoh iklan

0 komentar:

Posting Komentar